![]() |
Image source: www.jetorbit.com |
Revolusi industri akan terus terjadi dan saat ini sudah mencapai era 4.0. Tak ubahnya seperti neodymium, era baru ini meraik beragam sektor untuk mulai mengikuti medan arusnya tak terkecuali sektor digital. Masifnya inovasi teknologi memberikan dampak yang luar biasa terhadap digitalisasi. Hampir seluruh lini atau sektor penjunjang kehidupan seakan berlomba melakukan digitalisasi. Sebut saja sektor financial, pariwisata, komunikasi, transportasi, pendidikan, dan lain sebagainya yang saat ini bisa diakses dengan hanya satu “klik” saja melalui sambungan internet.
Bagai dua sisi
koin, kemajuan teknologi yang diikuti dengan pesatnya perkembangan internet
memiliki dampak positif dan negatif bagi penggunanya (user). Mulai dari
berbagai kemudahan yang ditawarkan hingga bayang-bayang pencurian data pribadi
oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin pencurian data bisa
terjadi? Sebelum menikmati layanan dan melakukan transaksi serba mudah, para
user umumnya diharuskan untuk memiliki akun terlebih dahuluu. Pada tahap
tersebut, user akan mengisi atau memberikan data pribadi sesuai dengan yang
diinstruksikan dalam proses pembuatan akun tersebut.
Informasi yang
diberikan pun tidak main-main, dari nama lengkap hingga alamat rumah bahkan
nomor rekening. Sebegitu istimewanya data yang dibagi, mengharuskan adanya
perlindungan lebih bagi para user atau bisa kita sebut sebagai konsumen.
Lantas, adakah protocol keamanan yang mempu melindungi data-data tersebut?
Terdapat sebuah
sistem protocol keamanan yang bertujuan untuk menyediakan privasi,
autentifikasi, dan integritas dalam kominukasi internet, ia adalah Secure Socket Layer atau SSL. SSL
pertama kali dikembangkan oleh Netscape pada tahun 1995. SSL akan mengenkripsi
data yang dikirim melalui website. Siapapun yang mencoba untuk memintas data
ini, hanya akan melihat campuran karakter yang kacau dan sangat tidak mungkin
untuk diterjemahkan.
Ada beberapa
turunan atau peyempurnaan SSL, masing-masing menjadikan SSL lebih aman daripada
versi sebelumnya. Pada tahun 1999, SSL diperbarui dan berkembang menjadi
Transport Layer Security (TLS). Pembaruan ini diusulkan oleh Internet
Engineering Task Force (IETF) dan Netscape tidak lagi terlibat sehingga namanya
diubah menjadi TLS.
Karena TLS dan
SSL sangat terkait erat, kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian
seakan keduanya identik. Sebagian besar orang masih menggunakan istilah SSL
untuk merujuk ke TLS.
Terdapat
beberapa perbedaan mendasar daru website yang terlindungi SSL dan tidak, salah
satu yang mudah diidentifikasi oleh pengguna internet adalah alamat website dan
keberadaan ikon gembok di taskbar. Jika halaman website telah diawali dengan
https dan disertai dengan ikon gembok maka sudah dapat dipastikan bahwa website
tersebut menggunakan SSL. Perhatikan gambar berikut:
SSL menjadi
komponen penting sebagai indikator kemanan suatu situs atau website. Berikut
ini gambaran mengenai betapa krusialnya peran SSL dalam melindungi data user.
![]() |
Image source: seepennywork.in |
Begitu
pentingnya peran SSL dalam menjaga keamanan website, membuat para web developer
beramai-ramai memagari website mereka dengan SSL. Tingginya demand terhadap SSL mendorong munculnya
berbagai macam penyedia layanan atau jasa pembuatan SSL. Konsumen pun dapat
memilih jenis SSL apa yang ingin mereka aplikasikan pada website masing-masing
dan sesuai budget.
Website
tanpa SSL akan sangat mudah diintip dan disadap oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab atau bisa kita sebut sebagai hacker. Sebaliknya, website
dengan SSL ibarat rumah dengan atap dan pagar pelindung yang kokoh. Para hacker
ini tidak akan bisa lagi menyadap data yang masuk dan ada di website
0 Comments
Posting Komentar