![]() |
Sumber: https://www.xlstat.com/ |
Apa itu Propensity Score Matching?
Setelah Rosenbaum dan Rubin (1983) menulis artikel
tentang propensity score analysis, analisis skor kecenderungan telah berkembang
secara eksponensial selama beberapa dekade. Sebelum membahas tentang PSM, ada
baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang maksud dari skor kecenderungan atau
propensity score tersebut. Secara sederhana, skor kecenderungan adalah
probabilitas (dari 0 hingga 1) dari suatu kasus yang berada dalam kelompok
tertentu berdasarkan sekumpulan kovariat yang diberikan. Umumnya dihitung
menggunakan regresi logistik dengan kelompok (treatment/control) sebagai
dependen, kovariat sebagai variabel independen atau yang lebih dikenal sebagai
variabel X.
Skor kecenderungan adalah skor penyeimbang: Perbedaan
antara kelompok-kelompok pada kovariat terkondensasi menjadi skor tunggal
sehingga jika nilai skor kecenderungan dari dua kelompok tersebut seimbang maka
secara otomatis nilai seluruh kovariat juga seimbang.
Kelompok treatment adalah kelompok yang mendapat
perlakukan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan kelompok kontrol
adalah kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan.
Kenapa menggunakan Propensity Score Matching?
Terdapat berbagai macam metode dalam analisis dampak
terhadap pemberian suatu perlakukan. Seperti randomized experiment methods,
Heckman two-step technique, propensity score matching, double difference (DD),
instrumental variable (IV), regression discontinuity (RD) dan pipeline methods
(Rosenbaum and Rubin, 1983; Khandker et al., 2010). Metode yang umumnya
digunakan adalah metode eksperimen.
Salah satu standar penelitian eksperimen adalah adanya
randomisasi, yaitu meletakkan subjek penelitian dalam kelompok perlakuan atau
kelompok kontrol berdasarkan pengacakan. Metode eksperimen akan secara random
mengalokasikan treatment kepada subjek penelitian secara individu maupun
kelompok. Pengacakan akan mengeliminasi bias (penyimpangan) seleksi dengan cara
menyeimbangkan baik faktor yang diketahui dan yang tidak. Keuntungan utama dari
pendekatan ini terdapat pada kesederhanaan dalam menginterpretasikan hasil
analisis. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa metode eksperimen tidak jarang
membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama (Bai, 2011).
Selain itu di lapangan terkadang kondisi ini tidak mungkin dilakuan. Misalnya ketika ingin menganalisis dampak dari adanya program asuransi usahatani padi (AUTP) terhadap pendapatan petani, peneliti tidak bisa menentukan petani mana yang diharuskan mengikuti AUTP dan mana yang tidak. Pemilihan sampel penelitian dilakukan berdasarkan seleksi mandiri (self selection). Terkadang self selection akan menghasilkan temuan yang bias. Karena peneliti tidak bisa mengendalikan variabel-variabel diluar perlakuan yang mempengaruhi efek perlakuan. Disinilah peran analisis PSM dalam mengatasi keterbatasan tersebut. PSM dapat mereduksi bias pada penelitian degan cara menyeimbangkan distribusi dan karakter yang diobservasi (kovariat) natara kelompok treatment dan control.
Bagaimana cara kerja Propensity Score Matching?
Terdapat empat langkah utama dalam analisis PSM yaitu:
- Estimasi skor kecenderungan (propensity score). Dapat diestimasi meggunakan berbagai macam metode, seperti: analisis diskriminan, regresi logistic, dan random forest. Secara umum tidak dapat ditentukan mana metode yang paling terbaik, namun metode yang paling populer adalah regresi logistic.
- Memilih algoritma pemadanan.
- Evaluasi kualitas hasil pemadanan.
- Analisis hasil setelah pemadanan atau metode terkait.
(Lebih detail dapat dibaca pada buku yang ditulis oleh
Wei pan dan Haian Ban. Tutorial analisis
PSM akan di share pada postingan selanjutnya)
Batasan Analisis Propensity Score Matching
Selain segala kelebihan PSM yang telah disebutkan,
terdapat keterbatasan dari analisis ini yaitu (Mario D Hair):
- Hanya dapat mencakup dua grup (treatment dan control). Jika terdapat lebih dari dua grup maka harus dilakukan analisis secara berpasangan.
- Skor kecenderungan hanya berfungsi sebagai prediktor.
- Sor kecendrungan tidak bisa dihasilkan jika terdapat data yang hilang.
- Tidak berhubungan dengan seluruh aspek dari model regresi logistik yang dihasilkan, melainkan hanya melihat probabilitasnya.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Rosenbaum
dan Rubim merekomendasikan untuk terlebih dahulu memeriksa apakah skor
kecenderungan yang dihasilkan telah seimbang. Detail dari proses pemeriksaan tersebut
dapat dibaca pada paper mereka yang rilis tahun 1983 (dan akan dibahas pada
tutorial PSM di postingan selanjutnya). Hal ini merupakan prosedur sederhana,
namun penting untuk diperhatikan.
Referensi:
Bai
H (2011a) A comparison of propensity score matching methods for reducing
selection bias. Int J Res Method Educ 34(1):81–107
Khandker,
S., Koolwal, G. & Samad, H., (2010). Handbook in Impact Evaluation: Quantitative
Methods and Practices. Washington D.C.: The World Bank.
Mario
D Hair (http://www.spssusers.co.uk/Events/2015/HAIR2015.pdf)
Rosenbaum,
P. R., dan D. B. Rubin. 1983. Central Role of the Propensity Score in
Observational Studies for Causal Effects. Biometrika. 70(1):41-55.
0 Comments
Posting Komentar